KOTA MADIUN - Seiring meningkatnya jumlah lansia di Indonesia-yang diprediksi mencapai 20,31% pada tahun 2045, Pemerintah Kota Madiun mengambil langkah nyata dengan menghadirkan shelter dan pondok lansia sebagai wujud kepedulian terhadap warga lanjut usia, terutama mereka yang membutuhkan perawatan dan perlindungan sosial.

Shelter merupakan tempat penampungan sementara yang diperuntukkan bagi berbagai jenis Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), termasuk lansia terlantar, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), dan disabilitas tanpa keluarga. Di shelter, mereka dapat tinggal maksimal selama tujuh hari sesuai SOP, sambil menunggu proses lanjutan seperti penelusuran keluarga atau rujukan ke fasilitas sosial lainnya.

Berbeda dengan shelter, pondok lansia adalah rumah singgah permanen bagi lansia yang memiliki KTP Kota Madiun dan berusia di atas 60 tahun. Di sini, para lansia bisa tinggal hingga akhir hayat, mendapatkan layanan seperti makan, sandang, bimbingan rohani, sosial, dan perawatan medis saat dibutuhkan. Pondok lansia juga menyediakan layanan day care bagi lansia yang hanya membutuhkan pendampingan pada waktu tertentu, dari pagi hingga sore hari.

Dalam upaya ini, penanganan ODGJ juga mendapat perhatian khusus. Pihak shelter bekerja sama dengan RSJ Malang untuk proses rujukan dan perawatan rutin, termasuk penyelenggaraan Assessment sebelum pemindahan dilakukan.

Dinas Sosial Kota Madiun juga bersinergi dengan Yayasan CBZ dan RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) dalam memberikan pendampingan, serta memastikan keluarga mendapatkan laporan berkala terkait kondisi lansia yang mereka titipkan.

Langkah ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam menciptakan kota yang ramah lansia, di tengah tantangan populasi menua yang semakin nyata.

Disunting dari: Spektrum Wanita Penanganan Shelter dan Pondok Lansia LPPL Radio Suara Madiun.

Narasumber: Dedy Hermawan, S.AB, M.A.P. (Sub Koor Rehabilitasi Sosial)